Friday, February 15, 2013

Resume Jurnal-Artikel Ilmiah

Peran Pengasuh Menentukan Status Gizi Anak Balita

Permasalahan gizi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, hal ini berdasarkan hasil riskesdas 2010 angka prevalensi underweight secara nasional adalah 17,9%, stunting 35,6% dan wasting 13,3%. Keadaan tersebut menunjukkan anak balita masih menderita masalah gizi akut dan kronis. Gizi kurang pada anak balita dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan kecerdasan. Gizi kurang, kematian dan kecacatan fisik maupun rendahnya kecerdasan pada anak dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung sebagaimana diperlihatkan pada kerangka model UNICEF. Dua faktor langsung pada model tersebut adalah kurangnya konsumsi makanan dan kondisi kesehatan, sedangkan faktor tidak langsung adalah ketahanan pangan, pengasuhan dan akses kepada sarana kesehatan dan kondisi lingkungan dimana anak tinggal (Riyadi dkk, 2011).

Anak balita merupakan kelompok pendukung yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi. Beberapa alasan yang memperkuat alasan tersebut antara lain, status imunisasi, diet dan psikologi anak belum matang atau masih dalam taraf perkembangan yang pesat dan kelangsungan hidup anak balita sangat tergantung pada orang dewasa, terutama keluarga. Sebagai orang terdekat, ibu sangat berperan dalam pengasuhan anak.  Pemberian makan (feeding) oleh ibu dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, baik secara positif maupun negatif (Martianto dkk, 2011).
Penelitian untuk melihat peran ibu terhadap status gizi balita pernah dilakukan di 3 desa Kabupaten Timor Tengah Utara, provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki karakteristik wilayah yang berbeda (dekat perkotaan, sedang, dan jauh dari perkotaan). Dari hasil penelitian tersebut terungkap bahwa peranan ibu sangat penting dalam menentukan status kesehatan anak balita. Tingkat pendidikan ibu, akses informasi gizi dan kesehatan, perilaku gizi ibu, perilaku hidup sehat anak serta pengetahuan ibu tentang gizi merupakan beberapa faktor yang berkaitan dengan status gizi anak balita.
Terkait dengan perilaku gizi ibu, pola pemberian makan pada balita pada 2 tahun pertama kehidupannya juga penting. Dalam penelitian yang dilakukan di Nias, Sumatera Utara tingginya angka kejadian wasting diduga karena praktek pemberian makan yang kurang tepat. Praktek pemberian pre-lacteal feeding (sebelum mendapatkan ASI) yang diberikan pada 1 jam pertama setelah bayi dilahirkan dipercaya dapat mengurangi rasa lapar pada bayi.
Pemberian MP-ASI dini pada usia kurang dari 6 bulan juga masih banyak dilakukan. Hal ini berkaitan juga dengan rendahnya angka keberhasilan ASI eksklusif dalam sample penelitian. Berkurangnya produksi ASI menjadi alasan utama mengapa ibu memberikan MP-ASI lebih awal dari yang dianjurkan oleh WHO. Selain itu juga, pengaruh dari orang-orang disekitar ibu juga turut andil dalam praktek pemberian MP-ASI dini. Karena ibu bekerja, maka anak akan diasuh oleh nenek. Ketika anak menangis, nenek akan mengira bahwa anak tersebut lapar, sehingga pada usia kurang dari 6 bulan anak sudah mendapatkan MP-ASI.

Kurangnya akses informasi mengenai gizi dan kesehatan yang diterima oleh ibu balita serta maraknya promosi susu formula yang dilakukan oleh produsen turut berperan dalam tumbuh kembang anak balita. Akses informasi terkait gizi dan kesehatan berhubungan dengan karakteristik daerah tinggal. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang tinggal di daerah pedesaan (jauh dari kota).
Di daerah perkotaan informasi mengenai gizi dan kesehatan lebih mudah diperoleh melalui kampanye-kampanye yang dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi masyarakat lainnya. Sedangkan di daerah pedesaan, informasi hanya diperoleh melalui bidan atau kader kesehatan setempat. Selain itu juga, masyarakat di pedesaan masih dipengaruhi oleh budaya dan kepercayaan tradisional yang dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil sikap terkait pola pemberian ASI atau MP-ASI anak. Kebiasaan masyarakat di pedesaan yang memiliki anak lebih dari 2 orang juga bisa mempengaruhi status gizi balita dalam keluarga tersebut. Ibu yang memiliki anak banyak akan kurang perhatian dalam mengasuh anak dibandingkan dengan ibu yang hanya memiliki 2 orang anak atau kurang. Disisi lain, jumlah anak yang banyak dalam satu keluarga mengindikasikan adanya kompetisi dalam ketersediaan makanan.
Ketersediaan makanan berkaitan dengan ketahanan pangan dalam keluarga. Semakin tahan pangan suatu rumah tangga, status gizi anak balita juga semakin baik. Rumah tangga yang tidak tahan pangan akan menyebabkan ibu memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan gizi anak balita. Ibu cenderung kurang memperhatikan faktor gizi dalam memberikan makanan kepada anak. Ketersediaan makanan keluarga berkaitan erat dengan kondisi sosial ekonomi keluarga dan tingkat pengetahuan gizi yang dimiliki oleh ibu. Dengan tingkat pendidikan yang tidak tinggi, namun ibu mengetahui tentang gizi yang baik untuk anak maka anak akan memiliki pola makan yang baik yang dapat menunjang tumbuh kembangnya dengan normal.


DAFTAR PUSTAKA

Rachmadewi, Asrinisa dan Ali Khomsan. 2009. Pengetahuan, Sikap, Dan Praktek Asi Ekslusif Serta Status Gizi Bayi Usia 4-12 Bulan Di Pedesaan Dan Perkotaan. Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2009 4(2): 83 – 90.
http://202.124.205.111/index.php/jgizipangan/article/viewFile/4524/3027

Inayati et al. Infant Feeding Practices Among Mildly Wasted Children: A Retrospective Study On Nias Island, Indonesia. International Breastfeeding Journal 2012, 7:3

Martianto dkk. Pola Asuh Makan Pada Rumah Tangga Yang Tahan Dan Tidak Tahan Pangan Serta Kaitannya Dengan Status Gizi Anak Balita Di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 51-58.
 http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/viewFile/4578/3077

Riyadi, Hadi dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita Di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 66–73
http://202.124.205.111/index.php/jgizipangan/article/viewFile/4603/3090

Hien, Nguyen Ngoc and Nguyen Ngoc Hoa. Nutritional Status and Determinant of Malnutrition in Children under Three Years of Age in Nghean, Vietnam. Pakistan Journal of Nutrition 8 (7): 958-964, 2009. ISSN 1680-5194 http://docsdrive.com/pdfs/ansinet/pjn/2009/958-964.pdf

No comments:

Post a Comment