MENINGKATKAN KUALITAS
HIDUP PASIEN KANKER
Gizi
adalah proses dimana
tubuh manusia menggunakan
makanan untuk membentuk energi,
mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal
setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status gizi
normal menggambarkan keseimbangan
yang baik antara
asupan gizi dengan kebutuhan
gizi (Denke, 1998;
Klein S, 2004).
Kekurangan gizi memberikan efek
yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan
sistem tubuh (Suastika, 1992 dalam Maskoep 2008).
Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada
penderita kanker (24% pada stadium
dini dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya.
Malnutrisi dan Cachexia
meningkatkan morbiditas dan
mortalitas serta menurunkan
kualitas hidup,
“survival” penderita. Penderita dengan malnutrisi sering tidak dapat
mentoleransi terapi
termasuk radiasi khemoterapi dan lebih mempunyai kecenderungan mengalami
“adverse effect” terhadap terapi kanker (Lutz, 1994; Denke, 1998, Bruera, 2003;
Jakowiak, 2003;Trujillo, 2005; Watson, 2005). Malnutrisi adalah hilangnya/
penurunan berat badan diatas 10% atau berat badan kurang dari 80% BB
ideal, dalam kurun waktu 3 bulan
(Suastika, 1992; Waller, 1996;Strasser, 2002, Trujillo, 2005 dalam Maskoep,
2008).
Ketika seseorang didiagnosis menderita kanker,
maka gizi merupakan bagian dari terapi. Tujuan utama terapi gizi pada penderita
kanker adalah mempertahankan atau
meningkatkan status gizi
sehingga dapat memperkecil
terjadinya komplikasi meningkatkan
efektivitas terapi kanker (bedah, kemoterapi, radiasi) kualitas hidup dan survival
penderita (Lutz, 1994; Bruera, 2003; Trujillo, 2005 dalam Maskoep, 2008).
Malnutrisi dan cachexia dapat memberikan dampak
yang buruk terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh. Keadaan ini
akan menyebabkan peningkatan kepekaan
terhadap infeksi, gangguan
penyembuhan luka, toleransi
yang jelak terhadap terapi,
menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas penderita
kanker (Suastika, 1992;
Jaskowiak, 2003; Klein,
2004;Boediwarsono, 2006 dalam Maskoep, 2008).
Merubah gaya hidup atau lifestyle telah terbukti
dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para penderita kanker. Sebagaimana
telah umum diketahui bahwa perubahan gaya hidup pada masa modern sekarang ini
menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi kanker di Indonesia maupun di
dunia. Tingginya asupan lemak jenuh sehingga memicu obesitas, kurangnya aktifitas
fisik, kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan faktor resiko terjadinya
kanker dan penderita kanker perlu merubahnya.
Sebuah perkumpulan kanker di Amerika (America
Cancer Society) mengeluarkan sebuah pedoman tentang perubahan gaya hidup yang
sebaiknya dilakukan oleh penderita kanker pada saat ataupun setelah treatment. Dalam
pedoman tersebut dijelaskan, pada saat mendapatkan terapi baik itu berupa
radiasi maupun kemoterapi, pasien sering merasakan efek samping dari terapi
yang dijalani. Efek samping yang sering dirasakan antara lain, mual, muntah,
anoreksia, perubahan dalam indera perasa dan bau, serta gangguan pencernaan
yang semua hal tersebut dapat mengganggu intake/asupan makan pasien. Untuk
mengatasi hal tersebut, pasien dapat melakukan beberapa hal berikut :
-
Konsumsi
makanan dengan porsi kecil dan frekuensi sering dengan tekstrur makanan yang
kering dapat membantu meningkatkan asupan makan pasien
-
Konsumsi
produk komersial atau home-made yang padat energi (minuman atau makanan) dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi
-
Bila asupan
makan tidak dapat terpenuhi via oral, maka perlu dipertimbangkan memberikan
makanan melalui enteral feeding via tube, pemberian obat-obatan untuk
mengurangi efek samping terapi atau total parenteral nutrition (intravena).
(Doyle et al, 2006)
Menyeimbangkan asupan karbohidrat, lemak dan
protein dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Asupan lemak yang dianjurkan adalah 20% - 35%
dari energi sehari, dengan intake lemak jenuh dibatasi <10 2006="2006" al="al" asam="asam" beberapa="beberapa" dan="dan" dapat="dapat" dari="dari" energi.="energi." et="et" hidup="hidup" ikan="ikan" intake="intake" kanker="kanker" kualitas="kualitas" lemak="lemak" membantu="membantu" meningkatkan="meningkatkan" menyatakan="menyatakan" o:p="o:p" omega-3="omega-3" oyle="oyle" penderita="penderita" penelitian="penelitian" trans="trans" walnut="walnut">10>
Asupan protein yang direkomendasikan untuk
penderita kanker adalah 10% - 35% dari intake energi atau 0,8/kg berat badan
pasien. Asupan protein yang cukup penting pada masa terapi, recovery dan long-term
survival. Makanan yang sebaiknya dipiilh untuk memenuhi kebutuhan protein
sehari adalah yang rendah lemak jenuh seperti ikan, daging tanpa lemak, daging
ayam, telur, produk susu dan olahannya yang low fat, dan kacang-kacangan.
Batasi konsumsi daging olahan atau daging berlemak (Doyle et al, 2006).
Sedangkan sumber karbohidrat yang baik adalah yang
kaya akan zat gizi esensial, serat dan fitokimia yang berasal dari sayuran,
buah, whole grains, dan legumes (buncis/kapri). Asupan karbohidrat dalam sehari
yang dianjurkan sebanyak 45% - 65% dari energi intake. Sayuran dan buah
mengandung zat yang dapat menghambat perkembangan kanker seperti vitamin dan
mineral, fitokimia dan serat. Konsumsi sayuran dan buah lima sajian dalam
sehari atau 2 ½ cup setiap hari untuk memenuhi dan mendapatkan manfaat dari
vitamin, mineral dan fitokimia dalam buah dan makanan. Makanan yang berwarna
hijau tua atau orange memiliki kandungan fitokimia yang bermanfaat bagi
kesehatan. Mengkonsumsi bahan makanan yang telah dimasak sebelumnya lebih baik
daripada yang mentah karena melalui proses masak, kandungan fitokimia dalam
bahan makanan menjadi lebih aktif (Doyle et al, 2006).
Meningkatkan aktifitas fisik juga dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, terutama yang telah menyelesaikan
tahap pertama terapinya. Dengan berolahraga 3 kali dalam seminggu selama 45
menit dapat mengurangi depresi dan ketegangan (anxiety), meningkatkan mood, meningkatkan
rasa percaya diri, dan mengurangi gejala fatigue (kelelahan). Beberapa bentuk
aktifitas fisik yang dapat dilakukan sesuai dengan usia dan kondisi pasien antara
lain :
-
Menggunakan
tangga daripada elevator/lift
-
Untuk menuju
tempat tujuan, lakukan dengan jalan kaki atau naik sepeda
-
Berolahraga
bersama keluarga, teman atau rekan kerja
-
Lakukan
break/istirahat sejenak saat berolahraga untuk stretch atau jalan pendek
-
Kunjungi
rumah teman atau rekan kerja yang dekat
-
Rencanakan
liburan yang aktif, daripada perjalanan jauh
-
Gunakan
pedometer setiap hari untuk mengukur langkah anda
-
Gunakan
sepeda statis atau treadmill saat menonton televisi
(Doyle et al, 2006; Kellen et al, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
1. Doyle et al. Nutrition and Physical Activity During and After Cancer
Treatment: An American Cancer Society Guide for Informed Choices. CA Cancer J Clin 2006;56;323-353. http://caonline.amcancersoc.org/cgi/content/full/56/6/323
2. Maskoep, Wiwik I. 2008. Terapi Gizi
Pada Penderita Kanker. Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri. RSUD dr.
Soetomo-FK Unair Surabaya
3.
Kellen Elliane et al. 2009. Lifestyle changes and breast cancer prognosis:
a review. Breast Cancer Res Treat (2009)
114:13–22 DOI 10.1007/s10549-008-9990-8. http://peer.ccsd.cnrs.fr/docs/00/47/83/34/PDF/PEER_stage2_10.1007%252Fs10549-008-9990-8.pdf
No comments:
Post a Comment