Thursday, October 25, 2012

Kanker


MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER

Gizi  adalah  proses  dimana  tubuh  manusia  menggunakan  makanan   untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status  gizi  normal  menggambarkan  keseimbangan  yang  baik  antara  asupan gizi  dengan  kebutuhan  gizi  (Denke,  1998;  Klein  S,  2004).  Kekurangan  gizi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992 dalam Maskoep 2008).
Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada penderita kanker (24% pada stadium
dini dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya. Malnutrisi dan Cachexia  meningkatkan  morbiditas  dan  mortalitas  serta  menurunkan  kualitas  hidup,
“survival” penderita. Penderita dengan malnutrisi sering tidak dapat mentoleransi terapi
termasuk radiasi khemoterapi dan lebih mempunyai kecenderungan mengalami “adverse effect” terhadap terapi kanker (Lutz, 1994; Denke, 1998, Bruera, 2003; Jakowiak, 2003;Trujillo, 2005; Watson, 2005). Malnutrisi adalah hilangnya/ penurunan berat badan diatas 10% atau berat badan kurang dari 80% BB ideal,  dalam kurun waktu 3 bulan (Suastika, 1992; Waller, 1996;Strasser, 2002, Trujillo, 2005 dalam Maskoep, 2008).
Ketika seseorang didiagnosis menderita kanker, maka gizi merupakan bagian dari terapi. Tujuan utama terapi gizi pada penderita kanker adalah mempertahankan atau  meningkatkan  status  gizi  sehingga  dapat  memperkecil  terjadinya  komplikasi meningkatkan efektivitas terapi kanker (bedah, kemoterapi, radiasi) kualitas hidup dan survival penderita (Lutz, 1994; Bruera, 2003; Trujillo, 2005 dalam Maskoep, 2008).
Malnutrisi dan cachexia dapat memberikan dampak yang buruk terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh. Keadaan  ini  akan  menyebabkan peningkatan  kepekaan  terhadap  infeksi,  gangguan  penyembuhan  luka,  toleransi  yang jelak  terhadap  terapi,  menurunkan  kualitas  hidup  dan  meningkatkan  mortalitas  dan morbiditas  penderita  kanker  (Suastika,  1992;  Jaskowiak,  2003;  Klein,  2004;Boediwarsono, 2006 dalam Maskoep, 2008).
Merubah gaya hidup atau lifestyle telah terbukti dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para penderita kanker. Sebagaimana telah umum diketahui bahwa perubahan gaya hidup pada masa modern sekarang ini menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi kanker di Indonesia maupun di dunia. Tingginya asupan lemak jenuh sehingga memicu obesitas, kurangnya aktifitas fisik, kurangnya konsumsi buah dan sayur merupakan faktor resiko terjadinya kanker dan penderita kanker perlu merubahnya.
Sebuah perkumpulan kanker di Amerika (America Cancer Society) mengeluarkan sebuah pedoman tentang perubahan gaya hidup yang sebaiknya dilakukan oleh penderita kanker pada saat ataupun setelah treatment. Dalam pedoman tersebut dijelaskan, pada saat mendapatkan terapi baik itu berupa radiasi maupun kemoterapi, pasien sering merasakan efek samping dari terapi yang dijalani. Efek samping yang sering dirasakan antara lain, mual, muntah, anoreksia, perubahan dalam indera perasa dan bau, serta gangguan pencernaan yang semua hal tersebut dapat mengganggu intake/asupan makan pasien. Untuk mengatasi hal tersebut, pasien dapat melakukan beberapa hal berikut :
-          Konsumsi makanan dengan porsi kecil dan frekuensi sering dengan tekstrur makanan yang kering dapat membantu meningkatkan asupan makan pasien
-          Konsumsi produk komersial atau home-made yang padat energi (minuman atau makanan) dapat meningkatkan asupan energi dan zat gizi
-          Bila asupan makan tidak dapat terpenuhi via oral, maka perlu dipertimbangkan memberikan makanan melalui enteral feeding via tube, pemberian obat-obatan untuk mengurangi efek samping terapi atau total parenteral nutrition (intravena).
(Doyle et al, 2006)
Menyeimbangkan asupan karbohidrat, lemak dan protein dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.  Asupan lemak yang dianjurkan adalah 20% - 35% dari energi sehari, dengan intake lemak jenuh dibatasi <10 2006="2006" al="al" asam="asam" beberapa="beberapa" dan="dan" dapat="dapat" dari="dari" energi.="energi." et="et" hidup="hidup" ikan="ikan" intake="intake" kanker="kanker" kualitas="kualitas" lemak="lemak" membantu="membantu" meningkatkan="meningkatkan" menyatakan="menyatakan" o:p="o:p" omega-3="omega-3" oyle="oyle" penderita="penderita" penelitian="penelitian" trans="trans" walnut="walnut">
Asupan protein yang direkomendasikan untuk penderita kanker adalah 10% - 35% dari intake energi atau 0,8/kg berat badan pasien. Asupan protein yang cukup penting pada masa terapi, recovery dan long-term survival. Makanan yang sebaiknya dipiilh untuk memenuhi kebutuhan protein sehari adalah yang rendah lemak jenuh seperti ikan, daging tanpa lemak, daging ayam, telur, produk susu dan olahannya yang low fat, dan kacang-kacangan. Batasi konsumsi daging olahan atau daging berlemak (Doyle et al, 2006).
Sedangkan sumber karbohidrat yang baik adalah yang kaya akan zat gizi esensial, serat dan fitokimia yang berasal dari sayuran, buah, whole grains, dan legumes (buncis/kapri). Asupan karbohidrat dalam sehari yang dianjurkan sebanyak 45% - 65% dari energi intake. Sayuran dan buah mengandung zat yang dapat menghambat perkembangan kanker seperti vitamin dan mineral, fitokimia dan serat. Konsumsi sayuran dan buah lima sajian dalam sehari atau 2 ½ cup setiap hari untuk memenuhi dan mendapatkan manfaat dari vitamin, mineral dan fitokimia dalam buah dan makanan. Makanan yang berwarna hijau tua atau orange memiliki kandungan fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan. Mengkonsumsi bahan makanan yang telah dimasak sebelumnya lebih baik daripada yang mentah karena melalui proses masak, kandungan fitokimia dalam bahan makanan menjadi lebih aktif (Doyle et al, 2006).
Meningkatkan aktifitas fisik juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, terutama yang telah menyelesaikan tahap pertama terapinya. Dengan berolahraga 3 kali dalam seminggu selama 45 menit dapat mengurangi depresi dan ketegangan (anxiety), meningkatkan mood, meningkatkan rasa percaya diri, dan mengurangi gejala fatigue (kelelahan). Beberapa bentuk aktifitas fisik yang dapat dilakukan sesuai dengan usia dan kondisi pasien antara lain :
-          Menggunakan tangga daripada elevator/lift
-          Untuk menuju tempat tujuan, lakukan dengan jalan kaki atau naik sepeda
-          Berolahraga bersama keluarga, teman atau rekan kerja
-          Lakukan break/istirahat sejenak saat berolahraga untuk stretch atau jalan pendek
-          Kunjungi rumah teman atau rekan kerja yang dekat
-          Rencanakan liburan yang aktif, daripada perjalanan jauh
-          Gunakan pedometer setiap hari untuk mengukur langkah anda
-          Gunakan sepeda statis atau treadmill saat menonton televisi
(Doyle et al, 2006; Kellen et al, 2009)




DAFTAR PUSTAKA
1.       Doyle et al. Nutrition and Physical Activity During and After Cancer Treatment: An American Cancer Society Guide for Informed Choices. CA Cancer J Clin 2006;56;323-353. http://caonline.amcancersoc.org/cgi/content/full/56/6/323
2.       Maskoep, Wiwik I. 2008. Terapi Gizi Pada Penderita Kanker. Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri. RSUD dr. Soetomo-FK Unair Surabaya
3.      Kellen Elliane et al. 2009. Lifestyle changes and breast cancer prognosis: a review. Breast Cancer Res Treat (2009) 114:13–22 DOI 10.1007/s10549-008-9990-8. http://peer.ccsd.cnrs.fr/docs/00/47/83/34/PDF/PEER_stage2_10.1007%252Fs10549-008-9990-8.pdf     

No comments: